Cari Blog Ini

Minggu, 29 Januari 2012

Manusia Binatang

'Manusia Binatang', Drawing 40 x 60cm, 2011 @ Nyoman Yudhanegara
Komang Jepang memang hidup di Jepang. Maklum kalau ke-Jepang2an. Kulit-nya jadi putih kurang matahari pantai Bali. Bau keringatnya pun sudah bau sashimi bukan bau sambal lagi.  Tapi ia masih sulit memahami orang Jepang. Sejarah Perang Dunia Kedua mencatat betapa  brutal bayonet tentara 'pembebasan' negara FASIS Jepang Dai Nippon dengan expansi militer Asia Timur Raya-nya. Walaupun semua bangsa dan negara di muka bumi ini tak terkecuali pernah melakukan expansi dan penjajahan. Tapi tak ada tentara se-nekat serdadu Jepang dulu yg berani mati KAMIKAZE dg pesawat zero-nya dan nekat HARAKIRI bunuh diri kalau sudah 'kepepet' (katanya karena di-cuci otak BRAIN-WASHING dg IDEOLOGI Jepang Raya Dai Nippon). 


Konon katanya juga bangsa Jepang itu ATHEIS tak beragama tak percaya Tuhan.  Tapi hidup di tengah orang2 Jepang, Komang Jepang melihat bahwa bangsa Jepang mengutamakan moral dan etika, bukan agama.  Mereka santun dan berbudaya. Mereka membungkuk hormat waktu berkenalan.  Waktu  keluar rumah mereka berucap salam 'ITTEKIMASU!!' (=gue pergi bentar) dan saat pulang mengucapkan 'TADAIMA!!' (=gua dah kembali). Sebelum makan mereka mencakupkan tangan di dada mengucap 'ITADAKIMASU!! (=gua terima makanan ini) dan usai makan mengucap   'GOCHISOSAMADESHITA!!' (=terima kasih atas makanan enak ini). 


Mereka suka kebersihan. Saat masuk rumah selalu melepas sepatu diganti 'slipper' sandal kamar). Mereka sopan sering menyebut 'SUMIMASEN!!' (= permisi). Mereka antre dg sabar tertib tenggang rasa tdk nyerobot2 seperti Komang Jepang. Mereka tekun rajin dan bekerja keras.  Dan punya budaya malu. Tak ada maling atau copet dalam bis dan kereta api Tokyo. Gadis2 Tokyo berjalan pulang kerja malam hari tanpa rasa takut. 


Lalu kenapa se-konyong2 bangsa yg berbudaya santun bermoral-etika ini punya kecenderungan sadis brutal kayak binatang? Karena tak ber-agama tak ber-Tuhan? Lalu kenapa orang2 beragama ber-Tuhan di Ambon dan di Sampit (dan akhir2 ini di Bali juga) saling gigit saling bunuh sesama saudara kayak binatang? Karena tak punya etika tak bermoral? 


Komang Jepang bingung tak mengerti. Dunia ini terlalu rumit untuk otaknya yg kecil dan sederhana.............

Minggu, 22 Januari 2012

Manusia Sepeda


Ginza, Tokyo
Free Market, Tokyo
Di kota Tokyo Komang Jepang ter-heran2. Banyak orang naik sepeda.  Negara produsen mobil dunia tapi kok banyak ada sepeda. Orang2 bersepeda ke sekolah, ke tempat kerja, mengantar anak, berbelanja.  Laki2 ber-jas ber-dasi, gadis2 ber-rok mini, Ibu2 dengan boncengan anak di depan dan boncengan keranjang sayur di belakang.  Semua  naik sepeda. Komang Jepang nyaris ditabrak laki2 'SARARIMAN' (=pegawai kantor Jepang) ber-jas ber-dasi ngebut waswiswus naik sepeda. Gadis2 sekolahan lihai mengemudi sepeda dg satu tangan sambil tangan lainnya asyik me-mencet2 tombol ponsel. Saat hujan, tangan satunya malah pegang payung kayak monyet sirkus.  Polisi patroli kota pun ada yg bersepeda.


Di tempat parkir stasiun kereta api puluhan sepeda ber-deret2.  Kalau satu sepeda jatuh tersenggol, semua ikut jatuh bak kartu domino tidur. Di kota Tokyo sepeda jadi alat transport yg praktis. Sehat, bebas polusi dan murah. Tidak perlu garasi atau sewa parkir mahal.  Bahan bakarnya sepiring nasi, bukan bensin. Gadis2 Jepang banyak yg bersepeda tanpa gengsi. Tak ada yg meledek menertawai. Komang Jepang suka  menonton rombongan gadis2 Jepang bersepeda.  Terlihat cantik. Mungkin karena pipi mereka jadi bersemu merah ngotot mengayuh sepeda atau betisnya jadi bagus mengayuh pedal sepeda tiap hari. Saking banyaknya sepeda, mobil polisi tibum sepeda pun ada. Sepeda parkir sembarangan diangkut disita dan ditebus pemiliknya dg membayar denda.


Komang Jepang teringat waktu di Bali dulu. Cuma ke warung depan rumah pun mesti naik motor.  Apalagi kalau ber-jas ber-dasi pasti tidak naik sepeda. Bisa merah kupingnya di-ledek2in.  Semua orang pada naik motor naik mobil. Tak heran jalanan di kota Denpasar macet ruwet simpang siur diserbu ribuan motor dan mobil plus gerobak rombong bakso plus anjing liar plus sapi buron ngeleb.........



Minggu, 15 Januari 2012

Densha Otoko 1 : CHIKAN

Stasiun Shibuya Eki, Tokyo
Di kota Tokyo Komang Jepang mendengar kisah binatang misterius menyeramkan bernama 'CHIKAN'. Misterius karena sulit dijelaskan bentuknya. Mengerikan karena bisa merubah hidup seseorang. Makhluk 'CHIKAN' hidup di dalam DENSHA (Kereta Api Commuter Jepang). Namanya kota besar, maka kereta api kota penuh sesak dijubeli penumpang macam ikan pindang di pasar Ubud. Ketika laki2 perempuan, tua muda ber-himpit2an saling jepit dalam gerbong KA yg sempit, maka berbagai 'peristiwa' bisa terjadi. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Maka muncullah pria2 kesepian yg iseng raba2 gadis muda di sebelahnya yg kebetulan berpakaian seksi. 


Biasanya akan didiamkan gadis korban karena takut atau malu atau senang di-raba2 begitu (kalau teknik raba2nya lumayan). Tapi kadang2, entah dongkol di-pegang2 macam barang murahan, si korban akan berteriak merdu "CHIKAAAAN!!!" sambil menunjuk hidung belang  laki2 peng-grepe-nya.  Lalu jemarinya yg lentik merah jambu lincah me-mencet tombol2 ponsel ditangannya memanggil KEISATSU (Polisi Jepang). Saat pintu kereta api membuka di setasiun berikut, laki2 pe-raba2 apes ini akan disambut hangat pak Polisi Jepang. Lalu digelandang ke 'KOBAN' (Pos Polisi Jepang) untuk belajar lagi teknik raba2 yg yahud, eh salah, untuk di-interogasi maksudnya. 


Jika terbukti dan ada saksi atau ter-rekam Kamera Pemantau CCTV, bisa ke pengadilan, di-vonis, masuk 'KEMUSHO' (Penjara Jepang), masuk koran, malu2in keluarga. Masa depannya suram.  Konon ada gadis2 yg entah stress patah hati membenci lelaki sengaja berpakaian seksi dalam kereta api penuh sesak lalu tanpa alasan berteriak "CHIKAAAN!!" menunjuk sembarang laki2 tak berdosa di sebelahnya lalu menelpon Polisi. Alangkah seramnya. Sejak itu Komang Jepang yg mata keranjang suka lihat2 yg mulus2 di kereta api jadi lebih waspada pasang kuda2. Jika ada gadis seksi mendekat di sebelahnya, kedua tangan dekilnya akan di naikkan tinggi2 ke atas lalu pura2 cuek ...................  

Rabu, 11 Januari 2012

Si Yongyong

Si Yongyong
Suatu hari Minggu Komang Jepang bekerja ARBAITO kerja sambilan di perkebunan teh di bukit di luar kota Kyoto. Tugasnya memotong cabang pohon teh dg gergaji mesin (chainsaw). Naik turun lereng bukit perkebunan teh yg luas ber-hektar2 menenteng gergaji mesin. Terbakar terik matahari musim panas dan berkeringat men-dengus2 kelelahan bagai kerbau. Menjelang senja, Komang Jepang melihat seekor anak kucing dekil dlm semak2 yg entah kenapa dibuang pemiliknya. Nyaris ter-potong2 gergaji tajam mesin chainsaw Komang Jepang.  Komang Jepang garuk2 kepala kilang kileng kebingungan. Kalau anak ayam, lumayan bisa dibawa pulang dibikin sate, tapi ini anak kucing, dekil lagi, enaknya diapain? Karena sedikit tolol IQ-nya nol, Komang Jepang membawa pulang anak kucing dekil itu. Ia pelihara dan diberi nama 'Yongyong'. 


Yongyong tumbuh menjadi kucing yg dekil tapi sehat walau sedikit bodoh. Satu kali saat ber-main2 sendiri di luar rumah, Si Yongyong dekil dikeroyok preman2 kucing liar sampai ter-kencing2 ter-kentut2 mencret ketakutan setengah mati. Sejak itu Yongyong jadi pendiam tak bicara tak pernah mengeong lagi. Ia tak mau ber-main2 di luar rumah lagi. Yongyong yg cinta damai kecewa dg dunia luar yg penuh kekerasan. Setiap hari ia ber-main sepakbola di dalam kamar dg bola kertas. Yongyong suka melakukan meditasi 'ZEN' ala Jepang, duduk diam2 terpekur di depan cermin dg mata setengah terkatup. Atau melakukan YOGA merentangkan badannya di lantai. Saat lapar pun ia tak ribut tapi duduk diam sabar menunggu di samping  piring makannya yg kosong. 


Suatu ketika Yongyong terlihat duduk sabar semalaman menunggui lubang tikus pengganggu di dapur Komang Jepang. Saat bangun pagi Komang Jepang ter-kaget2. Yongyong sudah duduk menunggu di depan pintu kamar tidur dengan 6 ekor tikus mati tangkapannya berderet teratur di lantai bagaikan hadiah. Sejak itu Komang Jepang sadar bahwa  Yongyong dekil bukan kucing bodoh. Walau dekil Yongyong kucing setia, kreatip dan tahu diri tak melupakan asalnya sebagai kucing buangan serta tahu membalas budi.........................................