Hari Sabtu kemarin adalah hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1934. Karena hidup di negeri orang, kondisi Komang Jepang berbeda. Sulit untuk melakukan CATUR BRATA penyepian.
AMATI LELANGUNAN dan AMATI GENI masih 'bisa' karena Komang Jepang tidak merokok. Tapi tidak bisa AMATI LELUNGAAN dan AMATI KARYA, tidak keluar rumah atau mogok kerja.
Bisa dipecat SACHO (=Boss Jepang) dan jadi pengangguran, isteri dan keluarga terlantar.
Bisa dipecat SACHO (=Boss Jepang) dan jadi pengangguran, isteri dan keluarga terlantar.
Walau sebenarnya Catur Brata penyepian itu hanya makna simbolis. Agar mematikan 'api' hawa napsu, tak plesiran berfoya2, tak mencari hiburan tak pantas dan mengurangi aktivitas tak perlu. Serta upaya penghematan. Sebab dengar2 Nyepi tahun ini negara Indonesia hemat listrik sebesar 4 Milyar dlm 1 hari Nyepi. ( meski kalah 'hebat' korupsi trilyunan per koruptor)
Hindu itu universal dan toleran. Punya hukum DESA-KALA-PATRA. Tergantung tempat, waktu, dan situasi.

Karena sambil bekerja berat, sibuk2 ramai2, maka puasanya menjadi lebih berat.
Tapi karena itu menjadi lebih bermakna. Sebab kadang2 sepi yg paling sepi itu adalah sepi dalam keramaian..............
Tapi karena itu menjadi lebih bermakna. Sebab kadang2 sepi yg paling sepi itu adalah sepi dalam keramaian..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar