Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label TokyoFriend. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TokyoFriend. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Juni 2012

ORIGAMI 2 : Bangau Perdamaian SADAKO



Di Kota HIROSHIMA ada monumen patung perdamaian SADAKO.  Monumen berbentuk patung anak perempuan yg sedang memegang sebuah Bangau Kertas ORIGAMI (Crane Origami).
Sadako Sasaki adalah nama seorang anak perempuan korban Bom Atom Hiroshima. Thn 1945 saat kota Hiroshima di-Bom Atom, Sadako masih berusia 2 thn. Ia terlempar ke luar jendela rumahnya dan diselamatkan oleh ibunya.  8 thn kemudian ia menderita Kanker LEUKIMIA akibat RADIASI Bom Atom. 
Dokter memperkirakan hidupnya hanya tersisa 1 thn lagi. Tapi semangat hidupnya tak padam. Di Rumah Sakit ia bertekad membuat 1000 Bangau Kertas ORIGAMI selama sisa hidupnya.  Menurut kepercayaan Jepang, apabila membuat 1000 Bangau Kertas Origami, keinginan apapun akan terwujud. 
Bangau Kertas ORIGAMI

Di Jepang pasca Perang Dunia ke-2 kertas sulit didapat.  Tapi Sadako tak putus asa. Ia menggunakan apapun yg bisa didapatnya, termasuk kertas pembungkus obat, kertas2 bekas Rumah Sakit, dll. Kondisinya semakin memburuk. Beberapa hari setelah menyelesaikan Bangau Kertas Origami yg ke-1000, Sadako Sasaki meninggal dunia pd usia 12 thn.  
Kisah Sadako dan 1000 Bangau Kertas-nya tersebar dan menjadi inspirasi banyak orang.  Menjadi simbol Perdamaian. Bangau Kertas menjadi simbol untuk kampanye Anti Bom Nuklir  di seluruh dunia. Sehingga didirikan Monumen Perdamaian Patung Sadako dan Bangau Kertas-nya di kota Hiroshima. 
Di kaki patung tertulis kata2 : THIS IS OUR CRY. THIS IS OUR PRAYER. PEACE IN THE WORLD.  





Rabu, 15 Februari 2012

Musashi Dewa Pedang Kayu

MUSASHI,  Drawing, 60x40cm, 2012  @ Nyoman Yudhanegara
Waktu  SMA di Bali,  Komang Jepang membaca kisah samurai Jepang MIYAMOTO MUSASHI dalam novel karangan EIJI YOSHIKAWA. Waktu itu dlm bentuk cerita bersambung di harian KOMPAS.  Kemarin ia 'bertemu' patung Miyamoto Musashi di perempatan kota Kyoto (dari Kyoto Station naik bus No.5 jurusan Ichioji-Sagarimatsu).
Miyamoto Musashi adalah RONIN Jepang (SAMURAI Pengelana) yg juga seorang arsitek, seniman lukis, pematung dan penulis buku. Terlibat dalam 4 perang besar, termasuk medan perang SEKIGAHARA antara Tokugawa Ieyasu dan Ishida Mitsunari.  
Bersenjatakan 'BOKUTO' (= pedang kayu), ia melakukan 50 kali duel dg tak terkalahkan. 'Bokuto' adalah pedang dari kayu untuk berlatih para Samurai Jepang. Maksudnya untuk mencegah cedera fatal.  
Tetapi di tangan Musashi pedang kayu 'bokuto' menjadi senjata mematikan seperti pedang sungguhan.  Itu karena kecepatan, kekuatan dan strategi  Musashi dlm menggunakan pedang kayu-nya.  Musuhnya di'kepruk' kepalanya hingga koit. 
Konon gaya pedang Musashi cenderung 'kasar dan brutal' karena cepat, dan mematikan. Ia tak mempedulikan 'seni' pedang.  Itu karena pengaruh ZEN Buddhism yg dipelajari Musashi sejak muda.  Layaknya MEDITASI, konsentrasi mengosongkan pikiran, me-'mati'kan emosi hingga tak ada napsu membunuh.  Yg ada hanyalah kodrat dua ksatria di medan perang dg akhir kematian.  
Karena itu gaya pedangnya 'dingin tanpa emosi' dan 'brutal' agar duel cepat berakhir bukan untuk dinikmati ber-lama2 menyakiti lawannya. Unsur 'belas kasih' dalam 'kekejaman'.  Ini yg disebut 'JALAN PEDANG' (The Way of The Sword). 
Menurut kisahnya, sewaktu muda Musashi bingung repot sendiri, mesti memilih 'Jalan Biksu' menjadi pendeta Buddha atau 'Jalan Pedang' menjadi Samurai. Ia sempat menjadi murid Bhiksu Takuan dari Kuil Shinto di Pulau KYUSHU sebelum 'dipecat' karena tidak disiplin dan emosian suka marah2 kagak karuan. 
Musashi muda ngambek terpaksa memilih JALAN PEDANG, berkelana mencari ilmu lewat duel di jalanan dengan tokoh2 pedang Jepang waktu itu. Musashi tidak menikah dan tidak punya keturunan. Tidak punya rumah atau harta benda.
Di usia 60 thn Musashi menderita sakit parah, menyepi di sebuah gua. Dalam sakit hingga meninggal, ia menulis catatan perjalanan dan pertarungannya.  Catatan2 ini menjadi Kitab 'GO RIN NO SHO' (=THE BOOK OF FIVE RINGS) tentang strategi, psikologi dan filosofi ilmu pedangnya yg universal dan dipakai pedoman para pemimpin dan  politikus modern.
Jreeeng!! Ciaaat!!.................

Rabu, 11 Januari 2012

Si Yongyong

Si Yongyong
Suatu hari Minggu Komang Jepang bekerja ARBAITO kerja sambilan di perkebunan teh di bukit di luar kota Kyoto. Tugasnya memotong cabang pohon teh dg gergaji mesin (chainsaw). Naik turun lereng bukit perkebunan teh yg luas ber-hektar2 menenteng gergaji mesin. Terbakar terik matahari musim panas dan berkeringat men-dengus2 kelelahan bagai kerbau. Menjelang senja, Komang Jepang melihat seekor anak kucing dekil dlm semak2 yg entah kenapa dibuang pemiliknya. Nyaris ter-potong2 gergaji tajam mesin chainsaw Komang Jepang.  Komang Jepang garuk2 kepala kilang kileng kebingungan. Kalau anak ayam, lumayan bisa dibawa pulang dibikin sate, tapi ini anak kucing, dekil lagi, enaknya diapain? Karena sedikit tolol IQ-nya nol, Komang Jepang membawa pulang anak kucing dekil itu. Ia pelihara dan diberi nama 'Yongyong'. 


Yongyong tumbuh menjadi kucing yg dekil tapi sehat walau sedikit bodoh. Satu kali saat ber-main2 sendiri di luar rumah, Si Yongyong dekil dikeroyok preman2 kucing liar sampai ter-kencing2 ter-kentut2 mencret ketakutan setengah mati. Sejak itu Yongyong jadi pendiam tak bicara tak pernah mengeong lagi. Ia tak mau ber-main2 di luar rumah lagi. Yongyong yg cinta damai kecewa dg dunia luar yg penuh kekerasan. Setiap hari ia ber-main sepakbola di dalam kamar dg bola kertas. Yongyong suka melakukan meditasi 'ZEN' ala Jepang, duduk diam2 terpekur di depan cermin dg mata setengah terkatup. Atau melakukan YOGA merentangkan badannya di lantai. Saat lapar pun ia tak ribut tapi duduk diam sabar menunggu di samping  piring makannya yg kosong. 


Suatu ketika Yongyong terlihat duduk sabar semalaman menunggui lubang tikus pengganggu di dapur Komang Jepang. Saat bangun pagi Komang Jepang ter-kaget2. Yongyong sudah duduk menunggu di depan pintu kamar tidur dengan 6 ekor tikus mati tangkapannya berderet teratur di lantai bagaikan hadiah. Sejak itu Komang Jepang sadar bahwa  Yongyong dekil bukan kucing bodoh. Walau dekil Yongyong kucing setia, kreatip dan tahu diri tak melupakan asalnya sebagai kucing buangan serta tahu membalas budi.........................................